Apakah kamu kecanduan media sosial? Berselancar di dunia maya, kepo dengan hidup orang lain mulai dari selebriti sampai teman, saudara dan keluarga, serta kenalan kita lewat media sosial atau kerap disingkat “medsos”, sudah jadi bagian dari kebiasaan sehari-hari.

Survei menyatakan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu paling tidak 2-3 jam sehari untuk bermedsos, dengan urutan pengguna serta penggunaan waktu terbanyak ada pada Instagram dan Facebook.

Seperti segala sesuatu yang berlebihan biasanya kurang baik, dosis penggunaan media sosial juga harus ada batasannya. Kecanduan media sosial bisa mengakibatkan stres, berdampak buruk pada kesehatan dan keseimbangan mental - apalagi, bila ini terjadi pada diri kita sendiri, pasangan, anak, teman baik atau keluarga terdekat.

Apa saja tanda-tanda kita sudah terlalu kecanduan media sosial? Yuk, simak di artikel ini cara mengenali dan mengatasinya.

Apa itu definisi “kecanduan” sesuatu

Kata “kecanduan” sering dikaitkan dengan narkoba dan zat terlarang. Ya, kecanduan secara harafiah diartikan bahwa kita sudah betul-betul lepas kontrol saat melakukan atau mengonsumsi sesuatu sampai ke titik ketergantungan, dimana kecanduan ini bisa merusak diri pelakunya sendiri.

Selain kecanduan klasik seperti alkohol dan zat terlarang, kita juga bisa kecanduan media sosial, lho! Apa saja tanda-tandanya? Berikut ini beberapa gejala yang mengindikasikan seseorang terkena kecanduan media sosial.

Penggunaan media sosial

Tak kurang dari 3 milyar penghuni bumi - yang artinya nyaris setengah populasi dunia - kini menggunakan media sosial. Wah, jumlah yang fantastis ya!

Di antara 3 milyar pengguna medsos di muka bumi, seberapa sering orang menggunakan medsos, apa yang dilakukan saat berselancar di medsos dan apa pengaruh medsos bagi hidup masing-masing, tentunya sangat bervariasi.

Statistik menginformasikan bahwa:

  • Rata-rata orang menghabiskan 144 menit per hari untuk berselancar di medsos.
  • Kecanduan internet terjadi pada kurang lebih 210 juta orang.
  • 95 persen remaja usia 12-18 tahun punya ponsel pintar dan 45 persennya menyatakan bahwa mereka terus-terusan online sepanjang hari.

Indonesia sendiri menempati urutan ke-4 pengguna Facebook dan Instagram terbesar di seluruh dunia, dengan tak kurang dari 120 juta pengguna untuk Facebook (44,94% dari populasi penduduk negara) dan 56 juta untuk Instagram (20,97% dari populasi) - ini adalah data tahun 2019, dan di tahun 2020, jumlah fantastis pengguna medsos ini diyakini sudah bertambah pesat.

Lima tanda-tanda kecanduan media sosial

Langkah pertama untuk menangani kecanduan adalah dengan memahami gejalanya. Ini beberapa tanda-tanda kecanduan medsos yang mudah dikenali:

  1. Merasa cemas saat tidak bisa mengakses media sosial dalam beberapa waktu.
  2. Selalu tidur dengan HP dan hal pertama yang dilakukan saat bangun tidur adalah meraih HP untuk mengeceknya.
  3. Selalu mengecek medsos setiap saat, bahkan saat bekerja, saat sedang makan dan sedang bepergian.
  4. Kelewat mementingkan jumlah “Like” dan komentar di setiap postingan yang diunggah.
  5. Sulit berkomunikasi secara langsung dengan orang-orang terdekat baik itu keluarga, pasangan, teman maupun kolega di kehidupan nyata, dan lebih menyukai interaksi lewat jalur digital.

Pengaruh buruk dari kecanduan medsos

Nah, apakah kamu punya kecenderungan keranjingan dan terobsesi pada media sosial seperti tanda-tanda di atas? Kecanduan medsos bisa berakibat buruk, lho. Ini beberapa efek negatif yang perlu diketahui supaya kamu termotivasi untuk mencari bantuan dalam mengobati dan mengatasi kecanduan akan media sosial.

Termasuk efek buruk dari kecanduan medsos di antaranya:

  • Merasa stres dan depresi. Riset membuktikan bahwa para generasi muda yang menghabiskan waktu lebih dari 3 jam setiap harinya di medsos punya kecenderungan depresi dan stres yang berakibat ke buruknya kualitas tidur.
  • Merasa rendah diri. Medsos adalah ajang pamer dan persaingan kemewahan hidup, sehingga terlalu sering melihat kehidupan orang lain yang terkesan glamor di medsos dan membandingkannya dengan kehidupan sendiri bisa sebabkan kepercayaan diri menurun.
  • Memburuknya kualitas hubungan di kehidupan nyata. Kecanduan main HP mengurangi waktu yang dihabiskan bersama keluarga dan sahabat terdekat di kehidupan nyata yang membuat kualitas hubungan sesungguhnya lantas menurun.
  • Kurang produktif. Terlalu banyak habiskan waktu berselancar di medsos akan membuat perhatian dan fokus di pekerjaan dan studi menurun. Ditambah buruknya kualitas tidur, efek negatif kecanduan medsos bisa membuat karir mandeg dan studi terhambat.
  • Kenyataan tidak sesuai pencitraan. Berbagai filter aplikasi yang mempercantik penampilan, kemudian berbagai pencitraan yang dilakukan di medsos hanya sekedar demi menuai Like dan pujian lewat komen, tak selalu 100% sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Karena itu, beban tekanan orang pun semakin besar, karena tak sesuainya pencitraan dengan realitas.
  • Halusinasi berlebihan. Terkadang, saking terlalu banyaknya pencitraan yang dilakukan di medsos, orang bisa terlalu tenggelam di dalam pencitraannya dan berhalusinasi di kehidupan nyata, yang tak sesuai realitas. Ini bisa berbahaya, karena sudah dapat dikategorikan sebagai gangguan kesehatan mental.

Kecanduan media sosial? Cari bantuan dengan segera!

Saat ini, kecanduan media sosial sudah bisa dikategorikan sebagai penyakit sesungguhnya. Jadi, jangan dianggap main-main, ya! Semua gangguan dan efek buruk yang ditimbulkan medsos berpotensi membuat hidup penderitanya jadi kacau, jadi bila diri kita sendiri, teman dekat atau keluarga dekat terindikasi kena gejala kecanduan medsos, jangan ditertawakan - sebaliknya, berilah saran, dukungan dan bantuan untuk supaya penderita kecanduan medsos bisa menyadari apa yang dialaminya dan dapat segera mencari bantuan untuk menganalisa, menangani dan menyembuhkan ketergantungan mereka pada media sosial dunia maya, dan kembali sadar untuk hidup di dunia nyata.

Banyak jasa bantuan profesional seperti psikolog, konseling dan bahkan psikoterapi yang bisa memberikan solusi untuk mengatasi serta menyembuhkan kecanduan akan medsos dewasa ini.

Untuk yang termudah, mulailah dari rumah sendiri dan dari yang termudah: instal aplikasi khusus untuk membatasi penggunaan medsos dan waktu berselancar di HP seperti Offtime dan Appblock. Bicarakan dengan diri sendiri bila kita ternyata mengalami kecanduan ini, atau ajak keluarga dan teman terdekat yang kecanduan medsos untuk bersama-sama mulai melakukan langkah penanganan medsos dari rumah sendiri.

Meditasi dan olahraga juga bisa jadi sarana mengatasi kecanduan medsos, karena kedua hal ini bantu mengatasi stres dan mengembalikan fokus ke dunia nyata. Alih-alih kepo hidup orang lain di medsos, gunakan waktu di ponsel untuk bermeditasi dengan aplikasi seperti Headspace dan Calm.

Dan yang paling penting: bertekadlah sepenuh hati untuk memperbaiki keadaan ini. Sadari efek buruknya sehingga semakin termotivasi mengobati kecanduan ini sebelum terlanjur akut dan membawa pengaruh besar menurunkan kualitas hidup dan hubungan ke orang-orang terdekat. Ingat, saat kita sakit atau butuh bantuan, yang akan menolong kita adalah keluarga tercinta, bukan kawan di dunia maya dan medsos!

Selamat mengenali tanda kecanduan dan mengatasinya, ya! Tak penting berapa jumlah “Like” dan komen di medsos yang kita dapatkan bila kita lantas menderita stres dan depresi, kan?

 

Ketenangan batin dan keseimbangan kesehatan mental serta fisik sangatlah penting. Jaga kondisi tubuh dan pikiran agar kamu selalu bahagia dan bebas stres dengan berbagai artikel menarik dari Generali Indonesia:

Atasi Stres dengan cara-cara ampuh ini!

Apa itu mindfulness dan manfaatnya?

Cara-cara melindungi kesehatan otak setiap hari

Jaga kesehatan mental dengan bantuan teknologi terkini

5 Manfaat Meditasi untuk Ketenangan Batin

Bagikan
suka artikel ini :