HUT Jakarta: jalan-jalan napak tilas Jakarta Tempo Doeloe

Ibukota negara Indonesia adalah megapolis yang ternyata menempati urutan ke-28 dari kota-kota terbesar di dunia, dengan jumlah penduduk 11 juta jiwa. "The Big Durian" alias "Durian Besar", sebutan para ekspat untuk sang ibukota, merupakan kota yang tak hanya padat penduduknya, tapi juga modern dan sangat dinamis.

Jakarta, kota yang penuh sejarah

Penuh warna, kelap-kelip kehidupan dan tak kalah indah dari berbagai ibukota negara-negara lain di dunia, Jakarta ternyata masih menyimpan beberapa sudut bersejarah dari zaman kuno, ketika masih bernama Batavia.

Sejarah kota Jayakarta kuno berawal dari abad ke-16. Tanggal 22 Juni 1527 ternyata ditetapkan sebagai ulang tahun Kota Jakarta, berdasarkan waktu terjadinya penaklukan Sunda Kelapa oleh Fatahillah dan pasukannya, mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Namun, saat VOC Belanda datang dan menginvasi Jayakarta, nama kota ini pun lantas kembali berganti menjadi Batavia, mulai tahun 1621 hingga 1942 menjelang kemerdekaan Indonesia.

Setelah Jepang datang menduduki Indonesia pada tahun 1942, maka nama Batavia yang sangat terkesan Belanda, diganti menjadi Jakarta oleh Jepang untuk memenangkan hati penduduk kota ini saat terjadinya Perang Dunia II. Nama ini kemudian bertahan hingga Indonesia merdeka dan lantas menjadi ibukota negara kita, sampai hari ini.

Destinasi wisata Jakarta kuno yang menarik dikunjungi

Berikut ini beberapa destinasi wisata Batavia kuno yang menarik dikunjungi, sekaligus ada yang merangkap sebagai destinasi wisata kuliner legendaris. Apa saja destinasinya? Yuk, simak di bawah ini, dan simpan artikelnya untuk panduan napak tilas keliling Jakarta saat peringatan ulang tahun ibukota berikutnya.

1. Pelabuhan Sunda Kelapa

Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan tertua yang ada di Indonesia dan merupakan cikal bakal terbentuknya kota Jakarta. Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan persinggahan pelayaran antarbangsa yang dibangun tahun 1527 semasa pemerintahan Portugis. Pelabuhan ini sudah terkenal sejak abad ke-5 setelah masehi, karena menjadi pusat singgahnya kapal pedagang yang membawa rempah-rempah dari Nusantara ke berbagai belahan dunia lainnya.

Saat Kesultanan Demak Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah berhasil menaklukkan Portugis, Fatahillah pun mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, yang artinya adalah "kemenangan yang gilang gemilang".

Saat ini, Pelabuhan Sunda Kelapa masih beroperasi. Kamu dapat mengunjungi pelabuhan ini dan menikmati matahari terbenam sambil melihat kapal-kapal yang berlalu lalang di sana.

2. Vihara Jin de Yuan / Dharma Bakti

Kelenteng tertua yang multikultural di Jakarta, kelenteng Jin De Yuan atau Vihara Dharma Bakti, dibangun pada tahun 1650. Vihara yang terletak di Glodok, sebelah barat daya ibukota, semakin menjadi populer saat kota Batavia semakin berkembang pesat di abad ke 18 dan 19. Masyarakat Tionghoa dari segenap penjuru Pulau Jawa berbondong-bondong melakukan sembahyang di kuil ini.

Vihara ini digunakan bersama oleh umat agama Buddha maupun Taoisme, bahkan sampai hari ini. Strukturnya yang khas kebudayaan Peranakan, dengan dominasi warna merah dan emas, sangat cantik dan kondisinya yang terpelihara dengan baik membuat kelenteng ini masih sangat populer dan menjadi salah satu tujuan destinasi wisata di Jakarta.

3. Museum Fatahillah dan Café Batavia

Museum Fatahillah, yang berada di pusat Kota Tua Jakarta, punya nama resmi yaitu Museum Sejarah Jakarta. Bangunan ini dibangun pada tahun 1707-1710 dan dahulu kala berfungsi sebagai Balai Kota Batavia, dan punya arsitektur mirip dengan Istana Dam yang bergaya Neo Klasik di Amsterdam. Selain bangunan utama yang berfungsi sebagai pusat administrasi kota, ada bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan serta penjara bawah tanah.

Diresmikan sebagai Museum Sejarah Jakarta pada tahun 1974 oleh Gubernur Ali Sadikin, saat ini Museum Fatahillah menyimpan ratusan obyek bersejarah perjalanan kota Jakarta, replika peninggalan kejayaan kerajaan Tarumanegara dan Pajajaran, hasil galian arkeologi di ibukota, mebel antik abad ke-17 hingga 19, keramik, gerabah dan berbagai batu prasasti.

Sedangkan Café Batavia yang berlokasi di sebuah gedung tua yang didirikan tahun 1805 dan letaknya di seberang Museum Fatahillah, adalah resto dan kafe ikonik yang bergaya kolonial, serta menyajikan masakan khas Belanda zaman dulu, makanan Betawi dan makanan peranakan campuran kebudayaan Eropa dan Batavia kuno.

Bila berwisata kuliner disini, jangan lupa cicipi menu-menu legendaris seperti "Bitter Ballen", Bistik Lidah "Harmonie", Asinan Jakarta dan Ayam Kodok Batavia.

4. Galangan VOC

Galangan VOC adalah tempat pusat mendaratnya kapal dagang selain di Pelabuhan Sunda Kelapa. Galangan kapal ini merupakan tempat kapal-kapal berlabuh, bongkar muat komoditi berharga seperti kain sutra dan berbagai rempah Nusantara, serta tempat persiapan dan perbaikan kapal-kapal yang akan berlayar menuju Eropa. Lewat galangan kapal ini, mulai dari saudagar, perwira, sultan, raja, pejabat kompeni, serta duta kerajaan dari seluruh Asia mendarat serta berangkat dari tempat ini.

Penuh sejarah, saat ini Galangan VOC yang sempat dipugar pada tahun 1998-1999, dan dialihfungsikan sebagai kafe di lantai satu, sedangkan lantai dua digunakan sebagai restoran, galeri seni dan ruang serbaguna, telah tutup dan hanya dapat dikunjungi dari luar saja. Namun, bangunan ini tetap terlihat cantik dari luar dengan tetap mempertahankan arsitektur dan struktur bangunan aslinya, dan cukup Instagrammable sehingga patut dilewati saat napak tilas Jakarta tempo doeloe.

5. Gedung Arsip Nasional Jakarta

Terletak di Jalan Gajah Mada, Gedung Arsip Nasional dahulu adalah tempat tinggal Gubernur Jenderal VOC yang dibangun pada abad ke-18. Tahun 1979 hingga 1990an gedung ini sempat terabaikan dan kondisinya memburuk, sebelum kemudian kembali dipugar tahun 1998.

Saat ini, gedung tersebut difungsikan kembali sebagai kantor pusat Studi Arsip Nasional Indonesia, dan selain itu juga bagian depannya sering digunakan sebagai lokasi pameran, lokasi resepsi pernikahan dan berbagai eksebisi serta festival kultural lainnya.

6. Gereja Sion

Gereja Sion adalah gereja tertua di Indonesia yang didirikan pada tahun 1693, yang dahulu disebut sebagai Gereja Portugis. Pada tahun 1957, Gereja Protestan Indonesia di bagian Barat (GPIB) memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Gereja Sion. Kini, Gereja Sion masih menjadi tempat peribadatan Jemaat GPIB Sion sekaligus juga bangunan bersejarah yang pantas dikunjungi oleh para pecinta sejarah Indonesia.

7. Es Krim Ragusa

Es Krim Italia Ragusa merupakan salah satu obyek wisata kuliner nan legendaris di ibukota. Buka sejak tahun 1932, pemilik aslinya merupakan dua bersaudara Luigi dan Vincenzo Ragusa yang berasal dari Italia dan merantau pada awal 1930an ke Indonesia. Di tahun 1970an dua bersaudara yang semakin menua ini memutuskan untuk pensiun dan pulang kembali ke negaranya, lantas menghibahkan toko es krim kepada pegawai terloyal mereka.

Hingga kini, Es Krim Italia Ragusa masih menjadi salah satu tujuan destinasi wisata bagi para pecinta kuliner, dan selalu penuh dengan antrian pengunjung. Resep asli gelato Italia dari tahun 1932 masih dipertahankan sampai sekarang hingga rasanya masih orisinil.

8. Masjid Al Alam Cilincing Jakarta

Bangunan bersejarah bagi umat Islam Batavia, Masjid Al Alam Marunda Cilincing terletak di kawasan Marunda Jakarta Utara. Sang masjid tertua di Jakarta ini didirikan pada abad ke-16. Arsitekturnya menggabungkan budaya Jawa, Tionghoa, Belanda dan Betawi. Dibangun bertepatan dengan penaklukan Sunda Kelapa oleh Laksamana Fatahillah, masjid ini masih dapat dikunjungi dan digunakan untuk beribadah, sekaligus menjadi cagar budaya kota Jakarta.

 

HUT Jakarta - GI edit.png

 

Siap napak tilas Jakarta Tempo Doeloe?

Itu tadi Jakarta Tempo Doeloe dengan segala keunikan dan keindahan wisata klasik yang patut dikunjungi. Bagaimana, kamu sudah membuat rencana untuk jalan-jalan kemana saja saat Ulang Tahun Kota Jakarta 22 Juni mendatang?

Generali Indonesia Dengan Solusi Yang Unik Untukmu

Setelah puas membaca mengenai destinasi-destinasi bersejarah sekaligus menarik di Jakarta, sekarang saatnya persiapkan hal lain yang tak kalah penting: masa depan yang cerah.

Persiapan masa depan tidak bisa luput dari aspek proteksi diri. Eits, tapi tidak bisa sembarang memilih, harus Yang Unik Untukmu.

Generali Indonesia paham kamu butuh solusi Yang Unik Untukmu untuk ambil langkah wujudkan mimpi unikmu.

Baca lebih lanjut tentang proteksi yang sesuai uniknya kamu di sini.

Tracking HUT Jakarta: jalan-jalan napak tilas Jakarta Tempo Doeloe

Bagikan
suka artikel ini :