Di tahun 2019, Gen Z, generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, menjadi kategori umur dengan populasi penduduk dunia terbanyak saat ini (32% dari populasi penduduk dunia), melampaui Millennials (31,5% dari populasi penduduk dunia). Gen Z merupakan target bisnis yang baru dan sangat potensial - yuk, kenali karakteristik mereka supaya bisa lebih memahami, APA sih yang diinginkan oleh Gen Z?

Gen Z yang tertua lahir tahun 1997, dan termuda di tahun 2012. Artinya, Gen Z generasi pertama saat ini berusia 22 tahun, sedangkan yang terakhir berusia 7 tahun. Artinya, Gen Z tidak pernah mengenal dunia di awal 1990an yang tanpa internet, saat ponsel masih berukuran raksasa. Gen Z punya pola pikir yang berbeda, bahkan sangat berbeda dibandingkan dengan para Millennial / Gen Y, yang merupakan kakak atau bahkan orangtua mereka. Jadi, cara kita memasarkan produk ke Gen Z juga jauh berbeda dengan cara kita mendekati Millennial.

Supaya lebih memahami bagaimana cara kita meng-approach Gen Z, ini 6 karakteristik mereka yang perlu kita ketahui.

1. Instagram, Line dan YouTube: YES. Facebook: NO

Meski sebagian dari Gen Z, terutama generasi tahun-tahun awal, masih tetap punya Facebook, mereka kurang tertarik karena menganggap Facebook adalah medsos orangtua mereka. Mereka lebih suka berkelana menjelajah konten Instagram, chatting di Line App dan nonton video di YouTube, yang mereka anggap "muda", "keren" dan jarang digunakan oleh orangtua mereka.

Karena platform yang digunakan oleh Gen Z adalah platform yang sangat visual, memiliki konten foto, video atau musik yang bagus adalah kunci meraih kepercayaan mereka. Buat Gen Z target bisnis kita terpesona dengan foto yang keren, video yang lucu dan punya potensi viral, sampai musik yang melekat di benak mereka.

2. Alasan utama Gen Z untuk menggunakan medsos adalah untuk membeli

Meski Gen Z mudah terpesona oleh konten di sosial media dan cenderung lebih mudah memutuskan membeli sesuatu, mereka tetap harus menganggap apa yang mereka beli adalah "cool" - jadi, jangan paksa mereka menonton iklan yang dianggap gangguan bagi konten kesukaan mereka - alih-alih iklan, pikirkan untuk membuat konten bersama dengan idola mereka - tokoh seleb Instagram atau YouTube yang populer di Gen Z, misalnya Agung Hapsah untuk generasi tahun-tahun awal Gen Z, atau Gisel & Gempi / Ria Ricis dan masih banyak lagi untuk generasi yang lebih muda.

Apapun branded content yang akan dibuat, satu hal harus tetap kita ingat: konten kita harus ramah ponsel, karena, bila konten kita tidak dapat diakses lewat ponsel, maka Gen Z yang bergantung sepenuhnya pada ponsel tidak akan melihat konten kita sama sekali.

3. Gen Z lebih suka membeli secara online dan sangat percaya review

Gen Z mudah tertarik oleh produk yang mereka lihat secara online dan sangat mempercayai review yang mereka baca. Karena itu, berhati-hatilah untuk selalu memberikan yang terbaik bukan hanya secara konten tapi kualitas produk, serta selalu menjaga kepuasan para pembeli supaya review selalu prima di mata para Gen Z.

4. Konten yang positif dan optimis itu PENTING untuk Gen Z

Banyak Gen Z yang depresi karena terlalu banyak bermain di medsos dan berujung timbulnya rasa iri pada kehidupan para selebgram yang glamor. Ini sebetulnya efek negatif dari medsos - tapi, seperti semua hal di dunia punya sisi baik dan buruk, sebagai pengusaha yang mengusung nama brand dan pembuat produk, kita bisa membawa perubahan baik untuk mengatasi kenegatifan ini, dengan menciptakan konten yang positif.

Konten positif artinya: mengajak Gen Z, tanpa bernada menggurui, untuk selalu memandang segala sesuatu dalam hidup dengan optimis. Konten yang positif dan optimis merupakan nilai yang sangat penting bagi Gen Z, yang akan membuat mereka mempercayai brand dan perusahaan kita.

5. Gen Z peduli tentang lingkungan dan menganggap penting untuk melestarikannya

Riset sosial membuktikan bahwa Gen Z menganggap bahwa pelestarian lingkungan sangat penting. Karena itu, mereka juga mengharapkan bahwa semua brand dan produk yang mereka beli juga menghormati lingkungan. Penting bagi para Gen Z untuk mengetahui asal muasal sebuah barang: lokal atau internasional sekalipun.

Istilah fair tradecruelty-free maupun environmentally conscious sangat mereka perhatikan, karena, dengan memiliki tanda ini, berarti produk yang mereka gunakan berasal dari jual beli yang beretika, menghormati petani / peternak, tidak dibuat dengan melakukan kekerasan pada binatang percobaan, dan ramah alam serta tidak merusak lingkungan.

Karena itu, selalu menjaga transparansi mengenai asal usul bahan baku dan bagaimana proses produksi berjalan, dan apakah sebagian hasil penjualan akan disumbangkan kepada yang membutuhkan, bisa membuat perbedaan saat Gen Z memutuskan untuk membeli atau menggunakan produk kita.

Yang terpenting: kita selalu harus berkomitmen kepada keputusan untuk menjalani etika bisnis ini, bukan sekedar sebagai gimmick pemasaran saja - karena, sekali Gen Z mengetahui bahwa apa yang kita gaung-gaungkan seperti "bebas kekejaman", "ramah lingkungan" dan lain sebagainya itu tidak benar, maka reputasi produk serta brand kita pun akan hancur dan kita akan kehilangan Gen Z sebagai pelanggan yang loyal.

6. Idola Gen Z: Selebgram dan YouTuber, bukan artis sinetron

Seperti sudah dibahas di poin 2 di atas, Gen Z mengidolakan Selebgram dan YouTuber yang mereka anggap "cool". Karena Gen Z merupakan populasi yang nyaris tidak pernah menggunakan media tradisional seperti radio atau TV, kebalikan dari orangtua mereka - maka jalan terbaik meraih mereka adalah lewat jalur media yang mereka sukai. Termasuk di dalamnya, Selebgram dan YouTuber, yang punya popularitas serta influens besar kepada para Gen Z. Survey membuktikan bahwa 57% dari Gen Z membeli suatu produk karena melihatnya digunakan oleh para influencers di Instagram atau YouTube.

Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, kita pun harus memperhitungkan "the Power of Internet" - segala sesuatu yang dengan mudah menjadi viral, demikian pula reputasi sebuah produk atau brand - mengambil langkah yang tepat adalah kunci meraih kesuksesan, sedangkan salah sedikit saja, maka Gen Z tidak akan melirik produk kita.

Selamat mencoba...dan memahami Gen Z!

 

Besarkan bisnismu dan me-manage karyawan dengan maksimal, lewat saran bijaksana serta tips penting seputar kantor, leadership dan entrepreneurship di artikel-artikel persembahan Generali Indonesia:

Bisnis jaman now: era entrepreneur digital

Optimalkan potensi bisnismu lewat Instagram

7 Langkah menjadikan Bisnis Langgeng dan Stabil

Temukan Mentor yang tepat untuk kelancaran karir dan bisnismu!

10 Sifat Pemimpin Bisnis yang Hebat

Tracking Gen Z: target potensial bisnis baru, kenali 6 karakternya!
Bagikan
suka artikel ini :