Work-Life Balance: seperti apa keseimbangan hidup & karirmu?

Sekarang ini, semakin sulit ya untuk menemukan keseimbangan yang mumpuni antara pekerjaan dan aktivitas di kantor dengan kehidupan sosial dan keluarga pribadi. Apalagi semenjak WFH serta kerja dari jarak jauh jadi marak di masyarakat Indonesia saat pandemi beberapa tahun lalu.

Work-Life Balance semakin memudar karena mulai hilangnya batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi

Semakin memudarnya batas-batas antara kehidupan kantor dan pribadi, membuat ekspektasi semua orang pun jadi berubah: siapa yang sering menerima telpon dari atasan atau klien saat weekend meskipun sedang tidak di kantor? Rasanya semua dari kita sudah pernah, bahkan sering lho, ya?! Lagi cuti dan sudah siap-siap email balasan otomatis untuk semua orang, tapi masih diteror juga oleh panggilan ke nomor pribadi atau email personal.

Nah, tapi, menjawab panggilan telepon sesekali di luar jam kerja, atau tetap log in ke email kantor untuk membalas berbagai pertanyaan atau permintaan dari atasan maupun klien, berbeda lho ya dengan melakukannya setiap hari sepanjang minggu dan sampai akhir pekan, yang bisa punya imbas tak baik pada kesehatan.

Memang sih, bila kamu punya kecenderungan workaholic alias gila kerja dan Work-Life Balance kamu kurang baik, pastinya kamu juga sedikit-sedikit sadar dong ya akan hal ini. Tapi, jangan sampai kamu menganggap ini adalah “normal” maupun ini adalah “pengorbanan” yang perlu dilakukan demi karir, sebab, kesehatan mentalmu pun tak kalah penting. Karir gemilang yes, tapi kamu pun harus sehat dan bahagia, ya kan?

Yuk, baca artikel Generali berikut ini untuk memahami seperti apa idealnya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, dan kerjakan kuis kami supaya tahu kondisi Work-Life Balance-mu saat ini.

Seperti apakah Work-Life Balance yang sehat dan seimbang?

Tentunya tidak ada satu solusi untuk semua bila kita membicarakan mengenai Work-Life Balance. Sebab, semua orang berbeda, baik kepentingan bekerja, tujuan hidup, situasi keluarga dan keadaan finansial, sampai jenjang karir pun masing-masing berbeda, kita sendiri yang tahu pasti mengenai diri kita sendiri, benar?

Nah, keseimbangan antara pekerjaan dengan kehidupan pribadi bukan sekedar membagi waktu saja, tapi juga punya keseimbangan antara bagaimana kamu tetap bisa bekerja dalam kondisi optimal dan terkendali, dan kamu sendiri punya cukup waktu istirahat, tidur, makan makanan yang bernutrisi baik, olahraga dan tentunya tune out alias betul-betul tidak memikirkan pekerjaan saat kamu berada di rumah.

Mencapai keseimbangan yang ideal antara kehidupan kantor dan pribadi di luar pekerjaan artinya kamu juga punya cukup waktu untuk memanjakan diri kamu sendiri, melakukan hal-hal yang kamu sukai dan tentunya menghabiskan quality time bersama orang-orang tersayang: keluarga, pacar / pasangan, anak, orangtua maupun teman-teman terdekat.

Percaya nggak percaya, ternyata karyawan-karyawan kantoran yang punya waktu cukup untuk relaksasi dan me-time malahan lebih produktif dari karyawan yang kerjanya hanya kerja, kerja dan kerjaaaaaa saja sehingga jenuh dan rentan burnout.

Sesehat apakah Work-Life Balance di hidup kamu sendiri?

Meskipun atasan atau perusahaan di mana kamu bekerja punya kapasitas untuk mengatur supaya pekerjaan kamu tidak overload dengan manajemen kantor yang baik, namun yang bisa memberikan keseimbangan Work-Life Balance dalam hidupmu, ya kamu sendiri. Sebab, kamu sendiri yang bisa menentukan prioritas dalam kehidupanmu, baik itu di dalam ranah pekerjaan maupun ranah personal.

Nah, yang sering terjadi, karena dunia kerja makin kompetitif, saat kamu mulai meniti karir dan pelan-pelan jenjang jabatan juga naik, kamu semakin waspada mengawasi supaya karir kamu makin mumpuni, tidak terancam saingan yang bisa membahayakan posisi kamu. Tak hanya saingan, kemampuan kerja serta tanggungjawab juga semakin besar, apalagi bila gaji juga naik signifikan, ketakutan kehilangan pekerjaan karena performa kurang maksimal pasti ada di benak semua orang yang bekerja kantoran.

Nah, untuk memastikan seperti apa kondisi Work-Life Balance kamu saat ini, kamu bisa ikuti kuis Generali di bawah.

Work-Life Balance yang bagaimana yang sudah masuk kategori hidup tak sehat?

Bila kamu seringkali merasa kewalahan, sulit untuk memikirkan hal lain selain pekerjaan bahkan saat bersantai di rumah, tidak punya waktu untuk melakukan hal-hal yang kamu sukai atau bahkan sekedar bertemu teman dan menyisihkan waktu untuk keluarga pun sulit, ini artinya keseimbangan kamu kurang baik dan lebih condong ke pekerjaan ketimbang ke kehidupan pribadi.

Jangan kuatir, kamu tidak sendirian. Ternyata, lebih dari sepertiga orang dalam usia produktif di seluruh dunia secara terus-menerus bekerja lebih dari 48 jam dalam seminggu.

Menemukan keseimbangan yang pas antara kantor dan pribadi ternyata sangat penting bagi kesehatan kamu, baik itu kesehatan mental, emosional maupun kesehatan fisik, lho! Sebab, terlalu banyak bekerja dapat membuat kamu stres, cemas dan berujung ke burnout (Selengkapnya mengenai burnout bisa kamu baca di artikel Generali berikut ini: Burnout: hindari dengan jaga keseimbangan karir dan personal).

Kamu sendirilah yang dapat memperbaiki keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi untuk mencapai Work-Life Balance yang ideal.

6 Tips untuk mengoptimalkan Work-Life Balance di pekerjaan dan hidup pribadi

1. Belajar untuk tegas mengatakan tidak

Salah satu sifat orang Indonesia yang betul-betul merata itu apa, coba? Tidak tegas dan tidak enakan, itu dia! Ayo ngaku, siapa disini yang suka merasa tidak enakan kalau disuruh sesuatu atau dimintai tolong oleh bos, atasan, bahkan teman sekerja? Kebanyakan dari kita pasti senyum sendiri sambil berpikir, “Wah, ngga enakan menolak kalau dimintai tolong, saya banget tuh!” Masalahnya, tidak enakan itu suka berujung kita jadi kerepotan sendiri.

Makanya, belajar untuk tegas mengatakan tidak, meski dengan cara yang sopan tentunya, merupakan sesuatu yang harus kita bina di diri kita sendiri. Bagaimana caranya? Misalnya, bila bos minta tolong melakukan hal yang di luar ranah lingkup pekerjaan, kita dengan baik-baik bisa menolak, “Maaf, Pak / Bu, saya belum dapat melakukan hal tersebut” atau “Mohon maaf, kebetulan weekend ini saya ada acara lain” bila disuruh bekerja di akhir pekan.

Selain menolak mengerjakan sesuatu yang bukan ranah kita atau di luar jam kerja dengan cara yang sopan, kamu juga dapat menawarkan solusi bagi si bos, misalnya, “Saya memang tidak bisa keluar kota di akhir pekan ini, tapi saya bisa melakukannya di hari kerja” atau “Saya akan selesaikan pekerjaan sesuai dengan deadline, jangan kuatir, tapi mungkin bukan di hari Sabtu / Minggu melainkan di hari Senin depannya”, dan lain-lain sebagainya.

Tapi ingat ya, mengatakan tidak ini hanya untuk hal-hal yang DI LUAR ranah kerja. Bila ternyata masih menjadi tanggungjawab kamu dan di dalam lingkup jam kerja, tentu saja salah untuk menolak pekerjaan kecuali bila punya alasan yang betul-betul valid.

2. Kenali dirimu sendiri, kapankah kamu paling produktif saat kerja?

Orang kan beda-beda, ya. Ada yang lebih produktif di pagi hari, ada yang malah mudah fokus di siang dan sore hari. Kenali dirimu sendiri, kapankah kamu paling produktif saat bekerja? Nah, dengan mengenali kapan kamu bisa punya fokus terbaik saat kerja, membuat kamu bisa punya prioritas: lebih enak kerja di pagi hari? Ya kerjakan semua tugas penting di waktu tersebut. Demikian juga bila kamu lebih mudah konsen di sore hari.

3. Waktu makan siang itu penting, jadi jangan di-skip ya!

Selalu komitmen pada diri sendiri untuk tetap lakukan break saat waktu makan siang tiba. Jangan keseringan makan pesan antar, usahakan untuk berjalan keluar meninggalkan meja kerjamu untuk pergi makan siang. Tujuannya apa? Supaya kamu tidak jenuh, bisa sedikit istirahat dan bergerak jalan kaki meski hanya 30 menit hingga 1 jam saja.

4. Lebih fleksibel dalam pekerjaan, dan melakukan kesepakatan fleksibilitas dengan kantor

Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia makin menyadari pentingnya keseimbangan kesehatan mental dan kaitan erat antara produktivitas dengan karyawan yang bahagia di tempat kerja. Karena itulah, fleksibilitas merupakan salah satu isu penting yang menjadi perhatian sekarang ini.

Lebih fleksibel dalam bekerja, artinya, kamu bisa bicara dengan HR maupun bos kamu di kantor untuk sama-sama berkompromi, misalnya kamu dapat meminta 1 atau 2 hari dalam seminggu untuk bekerja dari rumah atau memperpendek jam kerja setiap hari, asalkan kamu betul-betul tetap memegang teguh komitmen performa optimal dan menyelesaikan setiap tugas kantor dengan sebaik-baiknya meski kamu tidak 100% bekerja dari meja kantor.

Lalu, fleksibilitas waktu yang diberikan oleh kantor ini, bisa kamu gunakan untuk istirahat lebih lama, berolahraga, atau melakukan apapun yang kamu sukai. Syaratnya cuma satu: tetap punya integritas dan tahu batas dalam pekerjaan!

5. Melakukan pekerjaan secara kolektif dan dengan cara yang lebih bijaksana

Banyak terobosan teknologi masa kini yang mengizinkan kamu untuk bekerja secara kolektif dan secara online, jadi manajemen tugas pun bisa semakin maksimal dilakukan.

Misalnya Google Calendar dan Google Office Suite yang memungkinkan kamu mencatat segala macam jadwal meeting maupun janji-janji penting lainnya, serta bekerja bersama-sama dengan anggota tim di kantor secara paralel.

6. Catat pencapaian kerja setiap hari, sekecil apapun itu

Akhiri setiap hari kerjamu dengan mencatat pencapaian di hari tersebut, sekecil apapun pencapaian tersebut. Lalu, tulis apa yang perlu kamu prioritaskan untuk selesai di keesokan harinya.

Dengan ini, kamu bisa mencapai keteraturan dan punya kontrol akan apa yang sudah selesai maupun harus diselesaikan dalam waktu singkat. 

Untuk kebanyakan orang, ada waktunya dalam hidup dimana Work-Life Balance terasa kurang seimbang. Tapi, lewat hal pertama yang penting, yaitu menyadari bahwa kamu butuh memperbaiki keseimbangan ini, kamu sudah satu langkah lebih jauh mengarah untuk mencapai keseimbangan tersebut sebelum terlambat.

Kuis: Apakah Work-Life Balance kamu sudah ada di situasi yang ideal?

Pertanyaan seputar Work-Life Balance

#1 Biasanya, dalam seminggu, berapa hari kah kamu bekerja?  

  • 1 sampai 2 hari
  • 3 sampai 4 hari
  • 5 hari
  • Lebih dari 5 hari

#2 Biasanya, dalam satu hari kerja, berapa jam kah kamu bekerja?  

  • 4 jam
  • 8 jam
  • 12 jam
  • Lebih dari 12 jam  

#3 Biasanya, dalam satu minggu, sesering apakah kamu bekerja sampai larut malam?  

  • Jarang, hampir tidak pernah
  • Sekali seminggu
  • Dua sampai tiga kali seminggu
  • Hampir setiap hari

#4 Biasanya, dalam satu bulan, seberapa seringkah kamu harus bekerja saat akhir pekan?  

  • Jarang, hampir tidak pernah
  • Sekali sebulan
  • Dua sampai tiga kali sebulan
  • Hampir setiap weekend

#5 Sesering apakah kamu tetap menerima panggilan atau email di luar jam kerja atau di saat akhir pekan?  

  • Jarang, hampir tidak pernah
  • Sekali seminggu
  • Dua sampai tiga kali seminggu
  • Hampir setiap hari  

#6 Seberapa seringkah, dalam hari kerja, dimana kamu mengambil waktu jam istirahat untuk makan siang minimal 30 menit hingga 1 jam?  

  • Setiap hari
  • Sering
  • Hampir tidak pernah
  • Tidak pernah

#7 Apakah menurut kamu sulit sekali untuk tidak memikirkan pekerjaan di luar jam kerja, di malam hari dan di saat akhir pekan?  

  • Tidak sama sekali
  • Kadang ya, kadang tidak
  • Seringnya sulit bagi saya
  • Tidak mungkin saya tidak memikirkan pekerjaan  

#8 Apakah kamu sering membatalkan janji dengan teman-teman dan keluarga atau pasangan karena masalah pekerjaan?  

  • Tidak pernah
  • Sesekali
  • Sering
  • Setiap kali saya janjian pasti batal  

Hasil Kuis

 

Mayoritas jawaban kamu adalah a

YES! Selamat, ya, kamu punya keseimbangan yang sangat bagus dalam Work-Life Balance!

Ternyata, hidup kamu sudah cukup seimbang antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Kamu punya komitmen yang sama baiknya antara karir di kantor dan kehidupan sosial di ranah personal. Ini sudah sangat bagus dan ideal. Jadi, coba untuk dipertahankan, ya, supaya kamu selalu bahagia, sehat dan produktif di tempat kerja!

Mayoritas jawaban kamu adalah b

OK, kamu sudah cukup punya keseimbangan dalam Work-Life Balance di kehidupanmu.

Work-Life Balance-mu cukup OK nih. Meski kadang-kadang kamu suka terbawa suasana dan bekerja di luar jam kerja, masih cukup seimbang lah antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.

Dipertahankan, ya, dan supaya lebih produktif lagi, yuk, belajar untuk memahami diri sendiri: kapan sih kita paling produktif? Pagi hari atau siang? Pahami diri sendiri supaya kemampuan menyeimbangkan antara kantor dan urusan personal semakin mumpuni.

Mayoritas jawaban kamu adalah c

Hati-hati, saat ini pekerjaan kamu sudah mulai menguasai dirimu – ini waktunya untuk kembali menyeimbangkan karir dan hidupmu.

Work-Life Balance kamu sudah cukup mengarah ke pekerjaan, nih. Yuk, sisihkan sedikit waktu untuk belajar mengerti mengapa kecenderungan terlalu banyak kerja itu tidak sehat ke depannya.

Dan belajar mengenali akar permasalahan: apakah karena di kantor kurang orang? Atau karena pekerjaan memang sedang banyak tapi yang bisa mengerjakannya hanya kamu? Bicarakan baik-baik dengan atasan untuk mulai meluruskan batasan-batasan tuntutan kantor yang masih dalam kewajaran.

Mayoritas jawaban kamu adalah d

Ini adalah waktunya kamu menyadari bahwa pekerjaan sudah terlalu banyak mengambil waktumu, dan kamu perlu pikirkan kembali prioritas kamu ke depannya.

Kamu sudah masuk ke dalam kategori gila kerja alias workaholic. Kamu terlalu memprioritaskan pekerjaan dan karir ketimbang kehidupan pribadi, dan meskipun kamu saat ini masih bisa bertahan, belum tentu kamu ke depannya tidak akan menuai imbas buruk dari terlalu banyak bekerja, lho.

Bukan nakut-nakutin ya, tapi sekali lagi, ingatlah bahwa kesehatan mental dan waktu pribadimu juga sangat penting. Apa akar masalahnya, coba dipelajari. Apakah kamu terlalu terobsesi atau terlalu ambisius ingin naik jabatan atau ingin naik gaji? Atau memang di kantor kurang orang? Untuk setiap masalah, ada solusinya. Usahakan untuk minta pendapat orang-orang terdekat, seperti keluarga dan pasangan atau sahabat kamu, untuk memberikan pandangan kepada kamu. Setelah itu, ambil waktu untuk bicara dengan atasan kamu di kantor, supaya bisa sama-sama mencari solusinya.

Hidup cuma sekali, jangan disia-siakan ya! Uang bisa dicari, kesehatan mental dan kebahagiaan, belum tentu! Seimbangkan karir dan kehidupan pribadi supaya kamu selalu happy dan produktif di kantor.

 

Pentingnya menjaga keseimbangan demi masa depan yang berkelanjutan

Jika kamu adalah salah satu orang yang, "ah, work-life balance itu nanti aja lah. Sekarang lebih penting hustle sampai titik penghabisan", mari kita berhenti sejenak dan mengevaluasi diri. Sampai berapa lama kamu bisa mendorong diri tanpa kembali ke titik keseimbangan? Justru dengan memprioritaskan keseimbangan, kamu bisa senantiasa mempersembahkan kinerja yang optimal.

Menjaga kesehatan mental dan kebahagiaan di tempat kerja, juga berarti peduli akan proteksi yang menyeluruh lewat perlindungan asuransi. Jangan asal pilih, harus yang sesuai dengan uniknya kebutuhanmu. Solusi proteksi Yang Unik Untukmu dari Generali Indonesia siap mendukung kamu supaya bisa terus produktif di kantor dan keseimbangan hidup pun terjaga.


Tracking Work-Life Balance: seperti apa keseimbangan hidup & karirmu?
Bagikan
suka artikel ini :