Tren  gig economy (ekonomi lepasan / berbasis proyek) di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Gig economy adalah sebuah sistem ketenagakerjaan di mana individu bekerja dalam proyek jangka pendek atau sebagai kontraktor independen, bukan sebagai karyawan tetap. Dengan semakin berkembangnya teknologi dan meningkatnya kebutuhan akan fleksibilitas kerja, banyak anak muda memilih jalur karier di luar pekerjaan tradisional. Menurut studi Economic GIG in Indonesia (2023), sekitar 60% generasi milenial dan Gen Z di Indonesia sudah familiar dengan konsep ekonomi gig, meskipun tingkat kesadaran mendalam mengenai risiko dan perlindungan finansial masih rendah.

Laporan Gigpedia tahun 2023 juga menegaskan bahwa ekonomi gig digital di Indonesia terus mengalami pertumbuhan pesat, memperkuat posisi generasi milenial sebagai salah satu kontributor utama dalam sektor ini.

Meskipun menawarkan kebebasan dan kemandirian yang tinggi, bekerja di ekonomi gig sering kali datang dengan risiko ketidakstabilan finansial. Tidak ada pendapatan tetap, tidak ada tunjangan dari perusahaan, dan tidak ada perlindungan finansial tradisional yang biasanya didapatkan pekerja tetap. Inilah paradoks yang dihadapi generasi milenial saat ini: kebebasan yang lebih besar tetapi stabilitas yang lebih rendah.

Untuk menjawab tantangan ini, dibutuhkan solusi asuransi yang disesuaikan dengan karakteristik pekerja gig. Artikel ini akan mengulas pentingnya perlindungan finansial bagi kamu sebagai milenial yang bekerja di ekonomi gig, serta strategi asuransi yang bisa diterapkan untuk membangun ketahanan finansial yang lebih kuat.

Lanskap Ekonomi Gig di Indonesia

Ekonomi gig di Indonesia berkembang pesat seiring dengan meningkatnya penetrasi internet dan penggunaan smartphone. Sektor-sektor seperti ride-sharing, pengantaran makanan, serta pekerjaan digital freelance (seperti desain grafis, penulisan konten, dan pengembangan website) menjadi pilihan populer.

Menurut laporan McKinsey, ekonomi gig Indonesia diperkirakan tumbuh 30% setiap tahunnya. Dibandingkan dengan model pekerjaan tradisional yang menyediakan gaji tetap dan tunjangan, pekerjaan gig memberikan fleksibilitas penuh. Kamu bisa menentukan jam kerja sendiri, memilih klien, hingga menyesuaikan proyek sesuai minat. Namun, di balik fleksibilitas ini, ada ketidakpastian pendapatan dan ketiadaan jaminan sosial.

Pandemi COVID-19 semakin mempercepat adopsi pekerjaan gig. Banyak anak muda kehilangan pekerjaan tetap dan beralih ke freelance atau platform digital untuk mencari penghasilan tambahan. Akibatnya, proporsi milenial dalam tenaga kerja gig semakin meningkat.

2643795_GeneraliIndonesia-Mini Graphics-BuildingFinancialResilience_1_021425.jpg

Tantangan Finansial yang Dihadapi Pekerja Gig

Sebagai pekerja gig, kamu menghadapi sejumlah tantangan finansial yang unik, antara lain:

  • Volatilitas dan ketidakpastian pendapatan: Pendapatanmu bisa naik-turun drastis dari bulan ke bulan.

  • Tidak adanya manfaat yang diberikan perusahaan: Kamu tidak mendapatkan BPJS Kesehatan, tunjangan pensiun, atau asuransi kesehatan perusahaan.

  • Tidak ada jaring pengaman tradisional: Jika sakit atau kehilangan pekerjaan, tidak ada gaji tetap yang dapat diandalkan.

  • Manajemen arus kas yang tidak teratur: Sulit mengatur pengeluaran jika pendapatan tidak stabil.

  • Kerumitan pajak dan kepatuhan: Kamu bertanggung jawab sendiri untuk pelaporan dan pembayaran pajak.

  • Kesulitan membangun dana darurat: Penghasilan yang tidak tetap membuat sulit menyisihkan dana darurat.

  • Kendala dalam tabungan jangka panjang: Misalnya untuk membeli rumah atau menyiapkan dana pensiun.

Memahami Risiko Volatilitas Pendapatan

Volatilitas pendapatan berarti pendapatanmu tidak konsisten, dan ini bisa sangat memengaruhi kondisi keuanganmu. Dalam jangka pendek, volatilitas bisa membuat kamu kesulitan membayar tagihan bulanan atau kebutuhan mendadak. Dalam jangka panjang, volatilitas dapat mengganggu rencana besar seperti investasi, membeli rumah, atau pensiun.

Sebagai contoh, seorang pekerja gig milenial di Jakarta mungkin mendapat penghasilan Rp8 juta pada bulan tertentu, namun hanya Rp4 juta pada bulan berikutnya. Jika tiba-tiba terjadi keadaan darurat kesehatan, kemampuan finansialmu bisa terguncang parah.

Selain itu, risiko kesehatan atau kecelakaan bisa semakin memperparah kondisi finansial. Tanpa perlindungan, kamu harus menanggung seluruh biaya pengobatan sendiri yang bisa mencapai puluhan juta rupiah.

2643795_GeneraliIndonesia-Mini Graphics-BuildingFinancialResilience_2_021425.jpg

Model Asuransi Tradisional vs. Kebutuhan Ekonomi Gig

Asuransi tradisional biasanya dirancang untuk pekerja dengan penghasilan tetap. Premi yang harus dibayar setiap bulan bersifat tetap dan tidak mempertimbangkan fluktuasi pendapatan. Hal ini tidak sesuai dengan pekerja gig yang penghasilannya tidak stabil.

Produk asuransi konvensional juga cenderung memiliki cakupan yang tidak spesifik. Misalnya, tidak memberikan perlindungan pendapatan jika kamu tidak bisa bekerja akibat sakit atau cedera. Banyak juga produk yang tidak fleksibel untuk diubah sesuai dengan kemampuan finansial pekerja gig.

Kamu membutuhkan asuransi yang lebih fleksibel, dapat disesuaikan dengan kondisi penghasilan, serta bisa mencakup risiko-risiko spesifik yang dihadapi pekerja gig.

Solusi Asuransi Modern untuk Ekonomi Gig

Saat ini, semakin banyak perusahaan asuransi yang menawarkan solusi inovatif untuk pekerja gig. Fitur-fitur yang cocok untuk kamu antara lain:

  • Opsi pembayaran premi fleksibel: Kamu bisa menyesuaikan jumlah premi sesuai dengan kondisi pendapatan setiap bulan.

  • Cakupan yang bisa di-scale up atau down: Ketika penghasilanmu tinggi, kamu bisa meningkatkan perlindungan, dan saat penghasilan turun, perlindungan bisa disesuaikan.

  • Platform digital: Membantu kamu mengelola asuransi secara online dengan mudah dan cepat.

  • Model asuransi on-demand atau berbasis penggunaan: Kamu hanya membayar saat perlindungan benar-benar diperlukan, misalnya saat bepergian jauh atau dalam periode proyek besar.

  • Perlindungan penghasilan dan penyakit kritis: Melindungi kamu dari risiko kehilangan penghasilan jika tidak bisa bekerja.

  • Produk entry-level yang terjangkau: Memberi kesempatan bagi pekerja gig pemula untuk mulai memiliki perlindungan tanpa membebani keuangan.

2643795_GeneraliIndonesia-Mini Graphics-BuildingFinancialResilience_3_021425.jpg

Strategi Praktis untuk Implementasi

Berikut langkah-langkah praktis yang bisa kamu lakukan:

  • Evaluasi profil risiko pribadi: Pertimbangkan seberapa besar ketergantunganmu pada pendapatan gig dan risiko kesehatan.

  • Identifikasi cakupan yang esensial vs. opsional: Misalnya, asuransi kesehatan dan penghasilan bisa dianggap wajib, sementara asuransi perjalanan bisa opsional.

  • Sisihkan dana untuk premi dalam anggaran bulanan: Walaupun penghasilan tidak pasti, alokasikan dana khusus untuk premi agar tetap terlindungi.

  • Kombinasikan berbagai produk perlindungan: Gabungkan asuransi kesehatan, jiwa, dan perlindungan pendapatan untuk menciptakan perlindungan menyeluruh.

  • Manfaatkan teknologi: Gunakan aplikasi asuransi digital untuk memantau polis, pembayaran premi, dan klaim.

  • Sesuaikan perlindungan sesuai fase karier: Saat mulai banyak proyek atau meningkatnya pendapatan, tingkatkan cakupan perlindungan.

Ketahanan finansial adalah fondasi penting bagi pekerja gig. Dengan pendapatan yang fluktuatif dan risiko kesehatan yang selalu ada, memiliki perlindungan asuransi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.

Generali Indonesia, misalnya, menawarkan solusi asuransi bisa dirancang sesuai dengan kebutuhanmu. Dengan pilihan pembayaran premi yang fleksibel dan manfaat perlindungan yang beragam, kamu bisa merasa lebih aman dan fokus pada pengembangan karier. Sebagai generasi milenial yang aktif dan dinamis, kamu perlu segera mengevaluasi perlindungan finansial yang kamu miliki. Pelajari berbagai opsi asuransi, konsultasikan dengan tenaga ahli, dan pilih produk yang sesuai dengan kebutuhanmu.

Ingat, membangun ketahanan finansial bukan hanya untuk hari ini, tapi juga untuk masa depan. Mulailah sekarang, lindungi dirimu, dan jadilah generasi milenial yang tangguh secara finansial.

Referensi:

IDInsight (2023) Who Are Gig Workers? Insights from Indonesia

ResearchGate (2023) Economic GIG in Indonesia: Challenges and Opportunities for Gen Z and Millennials

Gigpedia (2023) Platform Economy Indonesia 2023 Overview

Katadata (2019) Pandangan Milenial dan Gen Z terhadap Pekerja Tidak Tetap

Deloitte (2019) Global Millennial Survey

Kumparan (2019) Menggali Peluang Ekonomi Gig di Era Digital: Kerja Fleksibel, Tantangan Baru

Bagikan
suka artikel ini :