Sudah lebih dari setahun lamanya, Miss Rona alias Coronavirus COVID-19 menjadi headline di seluruh dunia. Tak terkecuali di Indonesia sendiri. Padahal, selain COVID-19, ada satu lagi penyakit yang tak kalah bahaya dan bahkan memiliki tingkat kematian cukup tinggi di negeri kita: Demam Berdarah Dengue yang kerap disingkat DBD.

Apa itu Demam Berdarah Dengue (DBD)

Sama-sama disebabkan oleh virus seperti halnya COVID-19, namun sebaliknya tak seperti Miss Rona, DBD tidak menular antara satu penderita ke penderita lainnya.

Penyakit ini menyebar lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai pembawa virus primer (utama) dan Aedes albopictus sebagai pembawa virus sekunder, dan umum terjadi di negara tropis dan subtropis seperti Indonesia.

Gejala DBD apa saja?

Gejala DBD termasuk demam tinggi, kulit ruam kemerahan, nyeri otot dan sendi, kelelahan. Pada kasus DBD yang parah, pendarahan hebat dalam tubuh dapat menyebabkan syok yang membahayakan nyawa.

Apa obat DBD?

DBD merupakan penyakit yang tak ada obat anti virus khusus untuk dapat mengatasinya, penanganan umumnya dilakukan dengan istirahat total, asupan cairan (minum lebih banyak, atau diinfus) dan obat pereda nyeri seperti paracetamol atau ibuprofen. Pada kasus yang cukup parah, penderita biasanya akan dirawat inap supaya dapat dimonitor lebih seksama oleh tenaga medis.

Orang yang terinfeksi virus ini untuk kedua kalinya memiliki risiko yang jauh lebih besar terserang jenis yang parah, sebab virus dengue sendiri terdiri dari empat jenis, yaitu virus dengue serotipe 1, serotipe 2, serotipe 3 dan serotipe 4. Keempat jenis virus ini biasa disingkat sebagai DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 - dan kesemuanya ada di Indonesia.

Merupakan penyakit endemik di Indonesia sejak lama

Menurut data yang dihimpun Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, demam berdarah telah menjadi penyakit endemik di Indonesia sejak tahun 1968. Sejak itu, penyakit ini menjadi salah satu masalah utama di Indonesia, dengan penyebaran dan jumlah penderita yang cenderung meningkat setiap tahun.

Indonesia dengan iklim tropisnya, yang sering tiba-tiba mengalami hujan di tengah musim kemarau, merupakan habitat ideal bagi nyamuk-nyamuk vektor DBD tersebut.

Tak terkecuali saat ini, penyakit DBD kembali merebak di tengah pandemi COVID-19.

Waspada DBD di tengah pandemi COVID-19

Nah, tak hanya COVID-19 yang perlu kita waspadai. Juga DBD yang terus mengintai.

Pengendalian keduanya tentu jadi sangat penting saat ini, mengingat koinfeksi demam berdarah dan Covid-19 tidak mudah ditangani. Disiplin menerapkan 3M plus untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk menjadi kunci.

Karakteristik nyamuk vektor DBD

Kedua jenis nyamuk yang jadi vektor pembawa demam berdarah ini, sama-sama memiliki sifat antropofilik, yang artinya mereka lebih memilih untuk mengisap darah manusia ketimbang hewan.

Selain itu, nyamuk DBD juga bersifat multiple feeding. Dengan kata lain, untuk memenuhi kebutuhan darah sampai kenyang biasanya nyamuk ini perlu mengisap darah beberapa kali.

Karakteristik multiple feeding inilah yang dapat meningkatkan risiko penularan DBD di wilayah perumahan yang penduduknya lebih padat. Sebab, satu nyamuk yang membawa virus dalam satu jangka waktu menggigit, akan mampu menularkan virus tersebut kepada lebih dari satu orang.

Sifat khas dari nyamuk demam berdarah dapat dilihat dari waktu gigitan. Nyamuk-nyamuk ini aktif menggigit pada pagi hingga sore hari, paling aktif saat dua jam setelah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari terbenam.

Ciri-ciri nyamuk DBD

Kenali nyamuk DBD lewat warna dan bentuknya. Ciri-ciri nyamuk ini adalah berukuran kecil, dengan warna hitam dan loreng putih di seluruh tubuh. Mampu terbang setinggi 100 meter dan sejauh 400 meter, daya jangkau penularan si nyamuk ternyata cukup luas, mencakup area besar di sekeliling tempatnya bersarang.

Nyamuk DBD suka bersarang di tempat atau wadah penampungan air yang jernih, yang digunakan sebagai lokasi bertelur. Suka tempat yang agak gelap dan lembab, habitat nyamuk DBD ini antara lain tempat penampungan air buatan seperti bak mandi, ember, vas bunga, kaleng bekas dan tempat sejenis.

Langkah pencegahan 3M Plus untuk meminimalisir perkembangbiakan nyamuk DBD

Langkah-langkah yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia antara lain:

  1. Rajin menguras penampungan air, termasuk bak mandi, toren air dan lain-lain sebagainya. Selain dikuras, gosok secara bersih dinding penampungan air agar telur nyamuk yang menempel ikut musnah terbasmi.
  2. Jika tak dapat menguras penampungan air, masukkan bubuk larvasida untuk memberantas jentik-jentik nyamuk.
  3. Tutup rapat-rapat tempat penampungan air di rumah. Kubur barang-barang bekas dalam tanah untuk cegah lingkungan kotor yang berisiko jadi sarang nyamuk. Daur ulang limbah dan barang bekas, sebagai alternatif mengubur barang bekas dalam tanah.

Selain itu, fogging atau pengasapan anti nyamuk juga dapat dilakukan di sekitar rumah secara berkala.

Serupa tapi tak sama, apa saja perbedaan gejala DBD dengan gejala COVID-19?

Gejala awal DBD mirip dengan COVID-19, sama-sama ada demam, nyeri kepala dan nyeri otot. Adanya kesamaan lain yaitu terdapat kelainan organ dan nilai trombosit turun pada minggu pertama.

Namun Covid-19 lebih sering diikuti gejala pernafasan, sedangkan DBD lebih sering terjadi perdarahan (mimisan dan bintik merah di kulit). Karena itu, pemeriksaan antigen dengue dan RT Swab PCR sangat penting pada fase awal penyakit untuk memastikan, apakah ada infeksi bersamaan (koinfeksi). 

Masa inkubasi DBD berkisar antara 3-10 hari, biasanya 5-7 hari. Sedangkan masa inkubasi Covid-19 diperkirakan berlangsung hingga 14 hari, dengan rata-rata 4-5 hari dari paparan hingga timbulnya gejala.

Dan salah satu faktor penentu yang cukup penting: pada DBD, tidak akan terjadi anosmia (kehilangan daya penciuman dan perasa), sedangkan dalam kasus COVID-19, gejala anosmia ini cukup prevalen terjadi pada penderita.

Terkena DBD? Jangan kuatir, ini langkah penanganannya

1. Cek darah lengkap

Bila kamu atau keluarga mengalami gejala-gejala DBD seperti disebutkan di atas, langsung hubungi lab terdekat untuk lakukan cek darah. Pada pemeriksaan darah lengkap, semua komponen darah akan dihitung kadarnya. Hasil dari tes ini akan menunjukkan angka komponen darah yang dibutuhkan untuk mendiagnosis, seperti trombosit, plasma, dan hematokrit.

Kamu akan dinyatakan positif terkena DBD apabila:

  • Jumlah trombosit ≤ 100.000/µl
  • Nilai hematokrit meningkat hingga ≥ 20% dari nilai normal
  • Nilai hematokrit menurun hingga ≥ 20% dari nilai normal setelah mendapatkan terapi cairan

2. Beristirahat total, minum banyak cairan dan obat pereda nyeri

Bila sudah positif terkena DBD, langsung istirahatkan diri secara total, banyak tidur dan berbaring, perbanyak asupan cairan air putih dan jus buah berwarna merah (jambu klutuk, kranberi) dan rutin minum obat pereda nyeri seperti parasetamol ataupun ibuprofen.

3. Rawat inap bila dirasa perlu atau saat gejala memburuk

Bila gejala dirasa memburuk, pertimbangkan untuk langsung meluncur ke Instalasi Gawat Darurat / IGD rumah sakit terdekat. Dengan rawat inap, nakes dapat memonitor keadaan pasien penderita DBD dengan lebih baik.

Bekali diri dengan proteksi asuransi

Salah satu faktor yang menyebabkan orang enggan dirawat inap di rumah sakit adalah faktor biaya. Nah, karena itu, sedia payung sebelum hujan. Persiapkan jaring proteksi diri saat masih sehat, sebelum sakit datang menyerang.

Dimana pun kamu berada, perlindungan lengkap untuk keluarga selalu ada. Excellent Care Plus dari Generali menjaga kamu dan keluarga saat dalam keadaan darurat tanpa batasan hari.

Ini beberapa keunggulan Excellent Care Plus:

  • Rawat inap tanpa batasan hari Termasuk perawatan ICU di seluruh dunia*
    *) Kecuali Amerika Serikat
  • Biaya dibayar sesuai tagihan
  • Fasilitas kamar single bed
  • Kemoterapi dan cuci darah tanpa rawat inap
  • Bebas pilih RS

Mau tahu lebih lanjut mengenai jenis asuransi terbaru besutan Generali Indonesia ini? Kamu bisa klik link tautan berikut ini.

Bahagiakan keluargamu, jaga agar orang-orang tersayang selalu dalam keadaan sehat dengan mengikuti saran-saran expert kami seputar gaya hidup sehat. Mulai dari resep-resep sarapan sehat hingga cara untuk dapat tidur lebih nyenyak, semua ada disini!:

5 Menu Hangat, Praktis & Hemat untuk Musim Hujan

Vitamin dan mineral terpenting bagi anak-anak dalam masa tumbuh kembang

Panduan aman berkendara dengan anak-anak 

Penting: ajari anak untuk selalu cintai alam dan bumi kita

Kamu Memiliki Gaya Hidup Kurang Sehat? Begini 6 Cara Mengatasinya

Tracking Tak hanya COVID-19, waspada juga Demam Berdarah Dengue (DBD)

Bagikan
suka artikel ini :